Penggunaan Tingkatan Bahasa Madura dan Kaidahnya oleh Masyarakat Madura Di Probolinggo

Authors

  • Anwari Anwari Universitas Muhammadiyah Kudus
  • Eka Kurniawati Universitas Muhammadiyah Kudus

DOI:

https://doi.org/10.59698/vilvatikta.v1i2.73

Keywords:

tingkatan bahasa, kaidah bahasa, bahasa madura

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tingkat Bahasa Madura dan kaidahnya yang digunakan oleh penuturnya di Desa Kalidandan, Kec. Pakuniran, Kab. Probolinggo, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pedekatan metode mendengarkan dan elistasi. Artinya, peneliti mendengarkan secara langsung dan mencatat penggunaan Bahasa Madura yang dituturkan oleh penuturnya. Selain itu, pengambilan data didukung oleh beberapa teknik, yaitu wawancara dan teknik rekam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatan berbahasa dalam Bahasa Madura yang digunakan oleh penuturnya di Desa Kalidandan, Kec. Pakuniran, Kab. Probolinggo memiliki tiga tingkatan, yaitu 1) Enje’ Iyeh; 2) Engghi Enten; dan 3) Engghi Bhunten. Enje’ Iyeh mengacu pada bahasa yang tidak sopan dan Engghi Enten mengacu pada bahasa yang sopan. Sedangkan Engghi Bhunten mengacu pada bahasa yang sangat sopan. Secara umum, pengguaan Enje’ Iyeh digunakan oleh orang yang lebih tua umurnya pada yang lebih muda, atau juga digunakan oleh orang yang seumuran atau sebaya. Engghi Enten merupakan tingkatan kedua yang tingkatnya sudah mulai diperhalus. Tingkatan ini juga digunakan oleh anak muda, anak pada orang tuanya, menantu pada mertuanya, suami-istri, anak muda pada yang lebih tua, dan hubungan keluarga. Engghi Bhunten merupakan tingkatan ketiga yang tingkatnya sangat sopan. Engghi Bhunten digunakan anak muda pada orang yang lebih tua, khususnya orang tua dan pemimpin desa atau keagamaan yang sangat dihargai keberadaannya, seperti Tokoh Masyarakat dan Kiai. Dalam tradisi Madura, Engghi Bhunten memiliki tingkatan sama dengan Kromo Inggil dalam Bahasa Jawa. Di samping itu, Bahasa Madura memiliki kaidah yang unik dalam segi pengucapan. Salah satunya ialah 1) Bahasa Madura tidak mengenal kata ganti orang ketiga; 2) Bahasa Madura memiliki bunyi aspirat dan non-aspirat; 3) Bahasa Madura tidak mengenal morfem lepas dan terikat; 4) Setiap verba yang berakhiran fonem (-a) merupakan tensis simple future; dan 5) Setiap verba yang didahului oleh fonem (e-) merupakan kalimat pasif untuk semua subjek, baik orang pertama, kedua, maupun orang ketiga.

References

Aronoff, M. and K. F. (2011). What is Morphology. Blackwell Publishing Ltd.

Biantoro, O. F. (2021). MODEL INTERNALISASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM PADA KEGIATAN PRAMUKA DI MADRASAH TSANAWIYAH. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2(2), 73-84.

Dani, A. R. (2021). DEVELOPMENT OF RELIGIOUS CHARACTERS AND ATTITUDES OF NATIONALISM IN SMP NEGERI 6 KOTA SALATIGA. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2(1), 16-24.Fetrina Rahma Dewi. (2010). Geografi Dialek Bahasa Madura Di Daerah Pesisir Probolinggo. Artikulasi, 9(1), 609–622.

Halliday, M. . (1994). An Introduction to Functional Grammar (Second Edition). University of Sydney.

Haryono, A. (2018). Communication patterns among kiais of Nahdlatul Ulama in the madurese ethnic group. Indonesian Journal of Applied Linguistics, 7(3), 714–726. https://doi.org/10.17509/ijal.v7i3.9822

Hodge, R. and G. K. (1979). Language as Ideology. Boston and Henley.

Indrayanto, B., & Yuliastuti, K. (2015). Fenomena Tingkat Tutur Dalam Bahasa Jawa Akibat Tingkat Sosial Masyarakat. Magistra, 27(91), 37–44.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta.

Maulana, S. A. B. (2022). Mengevaluasi Proses Penilaian Pada Training di Himpunan Mahasiswa Islam dengan Kerangka Sistemik. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 3(1), 38-53.

Mu'arofah, K., Retnaningdyastuti, M. T. S., & Yulianti, P. D. (2021). Analysis of Emotional Intelligence Level of Class IX Students of SMP Negeri 1 Dukuhseti, Pati Regency. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2(1), 46-53.Mardiyanti, S. (2013). Bahasa Madura Dibalik Tirai: Belajar Bahasa, Keunikan, dan Penyebarannya. Angkasa.

Martin, J. . (1993). Genre and Literacy Modeling Context in Educational Linguistics. Cambridge University Press.

Nur Awaliyah Putri. (2017). THE LANGUAGE MAINTENANCE AND LANGUAGE SHIFT OF MADURESE STYLISTIC. 2008, 178–184.

Ogden, R. (2009). An Introduction to English Phonetics. Edinburgh University Press.

Rahman, I., & Jati, T. B. W. (2022). SIMPLIFIKASI CERITA WAYANG DUTA PALWAGA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA PEMAHAMAN DI SEKOLAH DASAR. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 3(2), 138-159.

Raihany, A. (2015). Pergeseran Penggunaan Bahasa Madura di Kalangan Anak- anak Sekolah Dasar Negeri di Desa Pangarangan Kecamatan Kota Sumenep. Nuansa, 12(1), 47–74.

Prayitno, N. H., & Nursikin, M. (2023). ISLAM WASATHIYYAH SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 4(6), 685-692.

Santoso, A. Z. S., Fatimah, S. D., & Inayati, N. L. (2023). INOVASI TES OBYEKTIF PADA EVALUASI BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS) PADA MATA PELAJARAN PAI. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 4(6), 707-718.

Saputri, R. O., Sariono, A., & Rochiyati, E. (2018). Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa oleh Masyarakat Etnik Madura di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Publikasi Budaya, 6(2), 159–164. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/PB/article/view/8716

Suryadi, M. (2018). Keanekaragaman Tipe Tuturan Krama Pada Masyarakat Jawa Pesisir Sebagai Bentuk Kedinamikaan Dan Keterbukaan Bahasa Jawa Kekinian. Humanika, 25(1), 1–11. https://doi.org/10.14710/humanika.v25i1.13337

Tengku Sillvana Sinar. (2012). Teori dan Analisis Wacana: Pendekatan Linguistik Sistemik-Fungsional. CV Mita Medan.

Downloads

Published

2023-12-26

How to Cite

Anwari, A., & Eka Kurniawati. (2023). Penggunaan Tingkatan Bahasa Madura dan Kaidahnya oleh Masyarakat Madura Di Probolinggo. Vilvatikta: Jurnal Pengembangan Bahasa Dan Sastra Daerah, 1(2), 60–68. https://doi.org/10.59698/vilvatikta.v1i2.73

Issue

Section

Articles